Teknologi Pembangkit Listrik dari Sampah Biomassa

PT. PLN (Perusahaan Listrik Negara) semakin jelas fungsinya sebagai pendistribusi aliran listrik ke konsumen atau sebagai pedagang aliran listrik. Sumber pembangkit listrik secara bertahap tidak perlu dimiliki PLN tetapi diserahkan ke perusahaan swasta, perorangan atau koperasi. Sebagai contoh 2 unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) biomassa telah dibangun PT Growth Asia di Kawasan Industri Medan (KIM), dengan bahan  baku yang murah dari sampah biomassa pertanian/perkebunan.


Dalam kurun waktu kurang dari lima tahun regulasi itu­ diberlakukan, puluhan independent power producer (IPP) mulai menunjukkan kiprahnya dalam membantu PLN menyediakan kebutuhan energi listrik Nasional.Hal ini mendukung program percepatan proyek pembangkit 10.000 megawatt tahap kedua, setidaknya akan terbangun sekitar 80 – 90 lokasi pembangkit baru. Dari jumlah itu, total boiler yang dibutuhkan mencapai 180 unit. 

Proyek power plant Biomassa 2x15 megawatt (MW) itu dibiayai PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dengan total untuk tujuh proyek serupa sekitar Rp 575 miliar.
Dengan power plant Biomassa itu, Growth Asia, bukan saja berhasil memenuhi kebutuhan energi di perusahaannya, melainkan juga menjual ke PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN).
 

 
Keberhasilan Growth Asia menekan pencemaran dengan mengurangi efek rumah kaca, serta penanganan sampah perkotaan.Saat ini  Biomassa dihargai oleh PLN sudah Rp 975,00 per kwh dari sebelumnya Rp 600,00 per kwh. Kalau masyarakat mau mengolah sampah menjadi listrik, Indonesia akan  bebas dari krisis energi, beban subsidi tidak ada lagi dan industri bertumbuh, melainkan juga problem  sampah yang selama ini menjadi permasalahan besar bagi pemerintah provinsi, pemerintah kota dan kabupaten akan tertanggulangi.

Dijual ke PLN
PT Growth Asia, anak usaha Growth Steel Group, perusahaan dengan bisnis inti industri baja terintegrasi, berencana menjual kelebihan daya listrik (excess power) sebesar 20 megawatt dari pembangkit listrik tenaga biomassa di Medan, Sumatera Selatan ke PT PLN (Persero). 

Total listrik yang dijual ke PLN sekitar 66,7% dari total kapasitas pembangkit tersebut 30 megawatt. PLN membeli listrik tersebut dengan harga Rp 975 per kilowatthour. Hal ini menguntungkan juga bagi PLN yang biasa menggunakan solar industri Rp 10 ribu per liter,karena dapat menghemat biaya produksi listrik Rp 621 milyar per tahun.

Dengan penguasaan teknologi sistem fabrikasi peralatan pembangkit dan tenaga kerja milik sendiri, PT Growth Asia telah mampu menciptakan pembangunan pembangkit biomassa dengan kandungan lokal yang mencapai 70%.

Sebelumnya,  PT Growth Sumatera Industry, anak usaha Growth Steel Group lainnya, telah menjual kelebihan daya listrik 15 megawatt ke PLN wilayah Sumatera dari dua pembangkit yang dibangun pada tahun 2008 dan 2010 dengan total kapasitas 30 megawatt.

CEO Growth Steel, Fajar Suherman menambahkan PLTU biomassa 2x 15 MW ini dibangun tahun 2011 dengan menggunakan bahan bakar dari energi terbarukan yaitu cangkang sawit, tebu, sekam padi, tongkol jagung, ampas tepung tapioka hingga serbuk kayu (waste power energy) karet. Untuk sampah biomassa itu dengan kapasitas 2×15 MW membutuhkan minimal 600 ton per hari.

Semua sampah biomassa bisa digunakan, hanya paling banyak memang dari cangkang sawit.
Kendala selama ini banyak cangkang sawit diekspor sehingga waktu panen produksi cangkangnya jadi rendah yang gilirannya untuk menghasilkan energi listrik berkurang. Oleh karena itu perlu ada tambahan dari sampah biomassa lainnya.


Selain di KIM 3, perusahaan menargetkan setiap tahun dibangun enam PLTU biomassa di Indonesia antara lain di Jambi, Pontianak, Banjarmasin dan Palembang. Listrik dari  sumber energi terbarukan ini cukup menjanjikan mengingat sampah biomassa selalu tersedia apalagi Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Untuk membangun PLTU dengan kapasitas 2 x 15 MW membutuhkan dana sedikitnya Rp 220 miliar.
 

Di Sumut terdapat perkebunan kelapa sawit dan daerah pertanian lainnya, termasuk industri kayu sehingga dengan adanya PLTU biomassa mampu menyerap sampah biomassa tersebut.
Di Sumut,  ada 60 pabrik kelapa sawit (PKS) yang menghasilkan cangkang sawit untuk energi PLTU biomassa. Sampah cangkang sawit ini bisa dimanfaatkan oleh investor lain untuk bisa membantu menambah energi listrik 

Dari sisi daya yakni 15 MW-20 MW tergolong kecil. Namun jika banyak investor melakukan hal sama maka akan menambah daya listrik di Sumbagut yang saat ini total sekitar 1.500 MW, hampir imbang dengan kebutuhan saat beban puncak. Jadi bila ada 10 pembangkit biomasa kecil tersebut yang dibangun swasta, maka PLN tinggal membelinya dan tidak perlu menggunakan BBM dan batubara yang selalu naik tiap tahun, konsumen juga  diuntungkan tanpa ada kenaikan TDL setiap tahun di bulan April. 

Posting Komentar untuk "Teknologi Pembangkit Listrik dari Sampah Biomassa"